TEKNIK PEMBELAJARAN
1.
Metode inkuiri merupakan metode
discovery artinya suatu proses mental yang lebih tingkatannya (Anita,
2001:1-4). Upaya mengembangkan disiplin intelektual dan ketrampilan yang
dibutuhkan siswa untuk membantu memecahkan masalah dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan
yang memperoleh jawaban atas dasar rasa ingin tahu merupakan bagian proses
inkuiri. Keterlibatan aktif secara mental dalam kegiatan belajar yang
sebenarnya. Inkuiri secara kooperatif memperkaya cara berpikir siswa dan
mendorong mereka hakekat timbulnya pengetahuan tentative dan berusaha
menghargai penjelasan. Inkuiri atau penemuan
adalah proses mental dimana siswa mengasimilasi suatu konsep atau prinsip,
misalnya mengamati, menggolongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, dan
membuat kesimpulan dan sebagainya. Penemuan yang dilakukan tentu saja bukan
penemuan yang sesungguhnya, sebab apa yang ditemukan itu sebenarnya sudah
ditemukan orang lain. Jadi penemuan disins adalah penemuan pura-pura atau
penemuan siswa yang bersangkutan saja. Berdasarkan
beberapa definisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa metode inkuiri adalah suatu cara menyampaikan pelajaran yang
meletakkan dan mengembangkan cara berfikir ilmiah dimana siswa mengasimilasi
suatu konsep atau prinsip, misalnya mengamati, menggolongkan, membuat dugaan,
menjelaskan, mengukur, dan membuat kesimpulan dan sebagainya.
Langkah-langkah
dalam proses inkuiri
Langkah-langkah dalam proses inkuiri adalah sebagai
berikut.
- Menyadarkan
peserta didik bahwa mereka memiliki keingintahuan terhadap sesuatu.
- Perumusan
masalah yang harus dipecahkan peserta didik.
- Menetapkan
jawaban sementara atau hipotesis.
- Mencari
informasi, data, fakta yang diperlukan untuk menjawab permasalahan atau
hipotesis.
- Menarik
kesipulan jawaban atau generalisasi.
- Mengaplikasikan
kesimpulan atau generalisasi dari situasi baru.
Ilustrasi: Dalam
pembelajaran Sains, ketika guru melakukan demonstrasi suatu eksperimen yang
memberikan hasil yang tidak terduga, hal ini akan menimbulkan konflik
konseptual dalam diri siswa, dan ini akan memotivasi siswa untuk mengerti
mengapa hasil eksperimen tersebut berbeda dengan apa yang dipikirkannya. Dengan
demikian, keadaan ketidakpastian yang diciptakan oleh guru telah menimbulkan curiosity siswa, dan siswa akan termotivasi
untuk mengurangi ketidakpastian dalam dirinya tersebut. Dapat disimpulkan bahwa curiositymerupakan hal penting dalam meningkatkan motivasi.
2. Pembelajaran Kontruksi
berarti bersifat membangun, dalam konteks filsafat pendidikan, Konstruktivisme
adalah suatu upaya membangun tata susunan hidup yang berbudaya modern Konstruktivisme
merupakan landasan berfikir (filosofi) pembelajaran konstektual yaitu bahwa
pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas
melalui konteks yang terbatas dan tidak sekonyong-konyong. Pengetahuan bukanlah
seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan
diingat. Manusia harus mengkontruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui
pengalaman nyata. Sedangkan menurut Tran Vui Konstruktivisme adalah suatu
filsafat belajar yang dibangun atas anggapan bahwa dengan memfreksikan
pengalaman-pengalaman sendiri.sedangkan teori Konstruktivisme adalah sebuah
teori yang memberikan kebebasan terhadap manusia yang ingin belajar atau
mencari kebutuhannya dengan kemampuan untuk menemukan keinginan atau
kebutuhannya tersebut denga bantuan fasilitasi orang lain. Dari keterangan
diatas dapatlah ditarik kesimpulan bahwa teori ini memberikan keaktifan
terhadap manusia untuk belajar menemukan sendiri kompetensi, pengetahuan atau
teknologi, dan hal lain yang diperlukan guna mengembangkan dirinya sendiri. Adapun
tujuan dari teori ini adalah sebagai berikut:
1. Adanya motivasi untuk siswa bahwa belajar adalah tanggung jawab siswa itu sendiri.
2.Mengembangkan kemampuan siswa untuk mengejukan pertanyaan dan mencari sendiri pertanyaannya.
3. Membantu siswa untuk mengembangkan pengertian dan pemahaman konsep secara lengkap.
4. Mengembangkan kemampuan siswa untuk menjadi pemikir yang mandiri.
Lebih menekankan pada proses belajar bagaimana belajar itu.
1. Adanya motivasi untuk siswa bahwa belajar adalah tanggung jawab siswa itu sendiri.
2.Mengembangkan kemampuan siswa untuk mengejukan pertanyaan dan mencari sendiri pertanyaannya.
3. Membantu siswa untuk mengembangkan pengertian dan pemahaman konsep secara lengkap.
4. Mengembangkan kemampuan siswa untuk menjadi pemikir yang mandiri.
Lebih menekankan pada proses belajar bagaimana belajar itu.
Salah satu teori atau pandangan yang
sangat terkenal berkaitan dengan teori belajar konstruktivisme adalah teori
perkembangan mental Piaget. Teori ini biasa juga disebut teori perkembangan
intelektual atau teori perkembangan kognitif. Teori belajar tersebut berkenaan
dengan kesiapan anak untuk belajar, yang dikemas dalam tahap perkembangan
intelektual dari lahir hingga dewasa. Setiap tahap perkembangan intelektual
yang dimaksud dilengkapi dengan ciri-ciri tertentu dalam mengkonstruksi ilmu
pengetahuan. Misalnya, pada tahap sensori motor anak berpikir melalui gerakan
atau perbuatan
Ilustrasi : melalui kelompok, proses
pembelajaran dapat dilakukan dengan cara lainnya misalnya melalui gambar-gambar
atau visual, paparan grafik, animasi, audio, video, suara latar, musik dan lagu
iringan yang menarik mewujudkan kesenangan dan motovasi tersendiri bagi para
siswa. Penggunaan multimedia misalnya CDROM, OHP, komputer, VCD atau lainnya
dengan paparan teks yang ringkas dan bemakna, ilustrasi, film, gambar atau
grafik yang berwarna-warni dapat mendorong siswa untuk terus membuat
penjelajahan terhadap berbagai ruang di dalam proses pembelajarannya sehingga
akan menimbulkan minat dan motivasinya.
1. 3. Pendekatan SETS (Science, Environment, Technology, and
Society) dalam bahasa Indonesia dikenal dengan sebutan saling temas yang
merupakan sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat. Asyari (dalam
Tristanti, 2011:12) mengartikan pendekatan SETS sebagai suatu pendekatan dalam
pembelajaran sains yang mengaitkan dengan lingkungan, teknologi, dan masyarakat
sekitar. Pendekatan SETS ditujukan untuk membantu peserta didik mengetahui
sains, perkembangan dan aplikasi konsep sains dalam kehidupan sehari-hari.
Pendekatan ini membahas tentang hal-hal yang bersifat nyata, yang dapat
dipahami, dapat dibahas, dan dapat dilihat.
Menurut podjiaji (dalam
Tistanti) pembelajaran Sains Lingkungan Teknologi dan Masyarakat pada dasarnya
memberikan pemahaman tentang kaitan antara sains teknologi dan masyarakat
sekitar serta merupakan wahana untuk melatih kepekaan siswa terhadap lingkungan
sebagai akibat perkembangan sains dan teknologi. Berdasarkan hal tersebut siswa
diharapkan dapat menerapkan pembelajaran sains dengan memanfaatkan lingkungan
sekitar untuk membuat teknologi yang bermanfaat bagi masyarakat. Tahap-tahap Pendekatan SETS
Secara operasional National Science
Teacher Association menyusun tahapan pembelajaran sains dengan pendekatan SETS
sebagai berikut.
a. Tahap invitasi
Pada tahap ini guru memberikan isu/
masalah aktual yang sedang berkembang di masyarakat sekitar yang dapat dipahami
peserta didik dan dapat merangsang siswa untuk mengatasinya. Guru juga bisa
menggali pendapat dari siswa, yang ada kaitannya dengan materi yang akan
dibahas.
b. Tahap eksplorasi
Pada tahap ini, guru dan siswa
mengidentifikasi daerah kritis penyelidikan. Data-data dan informasi dapat
dikumpulkan melalui pertanyaan-pertanyaan atau wawancara, kemudian menganalisis
informasi tersebut. Data dan informasi dapat pula diperoleh melalui
telekomunikasi, perpustakaan dan sumber-sumber dokumen publik lainnya. Dari
sumber-sumber informasi, siswa dapat mengembangkan penyelidikan berbasis ilmu
pengetahuan untuk menyelidiki isu-isu yang berkaitan dengan masalah ini.
Pemahaman tentang hujan asam, misalnya, dilakukan dalam laboratorium untuk
menyelidiki sifat -sifat asam dan basa. Penyelidikan ini memberikan pemahaman
dasar untuk pengembangan, pengujian hipotesis, dan mengusulkan tindakan. Menurut
Aisyah (2007), tahap kedua ini merupakan proses pembentukan konsep yang dapat
dilakukan melalui berbagai pendekatan dan metode. Misalnya pendekatan
keterampilan proses, pendekatan sejarah, pendekatan kecakapan hidup, metode
demonstrasi, eksperimen di labolatorium, diskusi kelompok, bermain peran dan
lain-lain. Pada akhir tahap kedua, diharapkan melalui konstruksi dan
rekonstruksi siswa menemukan konsep-konsep yang benar atau konsep-konsep para
ilmuan. Selanjutnya berbekal pemahaman konsep yang benar siswa melanjutkan
analisis isu atau masalah yang disebut aplikasi konsep dalam kehidupan.
c. Tahap solusi
Pada tahap ini, siswa mengatur dan
mensintesis informasi yang mereka telah kembangkan sebelumnya dalam
penyelidikan. Proses ini termasuk komunikasi lebih lanjut dengan para ahli di
lapangan, pengembangan lebih lanjut, memperbaiki, dan menguji hipotesis mereka,
dan kemudian mengembangkan penjelasan tentatif dan proposal untuk solusi dan
tindakan. Hasil tersebut kemudian dilaporkan dan disajikan kepada rekan -rekan
kelas untuk menggambarkan temuan, posisi yang diambil, dan tindakan yang
diusulkan.
Menurut Aisyah (2007), apabila selama
proses pembentukan konsep dalam tahap ini tidak tampak ada miskonsepsi yang
terjadi pada siswa, demikian pula setelah akhir analisis isu dan penyelesaian
masalah, guru tetap harus melakukan pemantapan konsep melalui penekanan pada
konsep-konsep kunci yang penting diketahui dalam bahan kajian tertentu. Hal ini
dilakukan karena konsep–konsep kunci yang ditekankan pada akhir pembelajaran
akan memiliki retensi lebih lama dibandingkan dengan kalau tidak dimantapkan
atau ditekankan oleh guru pada akhir pembelajaran.
d. Tahap aplikasi
Siswa diberi kesempatan untuk
menggunakan konsep yang telah diperoleh. Dalam hal ini siswa mengadakan aksi
nyata dalam mengatasi masalah yang muncul dalam tahap invitasi.
e. Tahap pemantapan konsep
Guru memberikan umpan balik/ penguatan
terhadap konsep yang diperoleh siswa.
2. 4. Metode pemecahan masalah adalah suatu cara menyajikan
pelajaran dengan mendorong peserta didik untuk mencari dan memecahkan suatu
masalah/persoalan dalam rangka pencapaian tujuan pengajaran. Metode ini
diciptakan seorang ahli didik berkebangsaan Amerika yang bernama Jhon Dewey.
Metode ini dinamakan Problem Method. Sedangkan
Crow&Crow dalam bukunya Human Development and Learning,
mengemukakan nama metode ini dengan Problem Solving Method.
Sebagai prinsip dasar dalam metode ini adalah perlunya
aktifitas dalam mempelajari sesuatu. Timbulnya aktifitas peserta didik kalau
sekiranya guru menjelaskan manfaat bahan pelajaran bagi peserta didik dan
masyarakat.
Dalam
bukunya “school and society” John Dewey mengemukakan bahwa keaktifan peserta
didik di sekolah harus bermakna artinya keaktifan yang disesuaikan dengan
pekerjaan yang biasa dilakukan dalam masyarakat.Alasan penggunaan metode
problem solving bagi peneliti adalah dengan penggunaan metode problem solving
siswa dapat bekerja dan berpikir sendiri dengan demikian siswa akan dapat
mengingat pelajarannya dari pada hanya mendengarkan saja. Untuk memecahkan
suatu masalah John Dewey mengemukakan sebagai berikut:
1. Mengemukakan
persoalan/masakah. Guru menghadapkan masalah yang akan dipecahkan kepada
peserta didik.
2. Memperjelas
persoalan/masalah. Masalah tersebut dirumuskan oleh guru bersama peserta
didiknya.
3. Melihat
kemungkinan jawaban peserra didik bersama guru mencari kemungkinan-kemungkinan
yang akan dilaksanakan dalam memecahkan persoalan.
4. Mencobakan
kemungkinan yang dianggap menguntungkan. Guru menetapkan cara pemecahan masalah
yang dianggap paling tepat.
5. Penilaian
cara yang ditempuh dinilai, apakah dapat mendatangkan hasil yang diharapkan
atau tidak.
b.
Langkah-langkah Pelaksanaan Metode Pemecahan Masalah (Problem Solving)
1. Persiapan
a. Bahan-bahan
yang akan dibahas terlebih dahulu disiapkan oleh guru.
b. Guru
menyiapkan alat-alat yang dibutuhkan sebagai bahan pembantu dalam memecahkan
persoalan.
c. Guru
memberikan gambaran secara umum tentang cara-cara pelaksanaannya.
d. Problem
yang disajikan hendaknya jelas dapat merangsang peserta didik untuk berpikir.
e. Problem
harus bersifat praktis dan sesuai dengan kemampuan peserta didik
2. Pelaksanaan
a. Guru
menjelaskan secara umum tentang masalah yang dipecahkan.
b. Guru
meminta kepada peserta didik untuk mengajukan pertanyaan tentang tugas yang
akan dilaksanakan.
c. Peserta
didik dapat bekerja secara individual atau berkelompok.
d. Mungkin peserta didik dapat menemukan
pemecahannya dan mungkin pula tidak.
e. Kalau
pemecahannya tidak ditemukan oleh peserta didik kemudian didiskusikan mengapa
pemecahannya tak ditemui.
f. Pemecahan
masalah dapat dilaksanakan dengan pikiran.
g. Data
diusahakan mengumpulkan sebanyak-banyaknya untuk analisa sehingga dijadikan
fakta.
h. Membuat
kesimpulan.
3. Keuntungan
Metode Pemecahan Masalah (Problem Solving)
a. Melatih
peserta didik untuk menghadapi problema-problema atau situasi yang timbul
secara spontan.
b. Peserta
didik menjadi aktif dan berinisiatif sendiri serta bertanggung jawab sendiri.
c. Pendidikan
disekolah relevan dengan kehidupan.
4. Kelemahan
Metode Pemecahan Masalah (Problem Solving)
a. Memerlukan
waktu yang lama
b. Murid
yang pasif dan malas akan tertinggal
c. Sukar
sekali untuk mengorganisasikan bahan pelajaran.
d. Sukar
sekali menentukan masalah yang benar-benar cocok dengan tingkat kemampuan
peserta didik.
5.
Metode pembelajaran merupakan suatu cara
yang digunakan guru untuk mencapai tujuan pembelajaran. Terdapat berbagai
metode yang dapat digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran. Guru harus
memahami berbagai metode pembelajaran agar guru dapat memilih dan menggunakan
metode yang tepat sesuai dengan materi dan tujuan pembelajarannya. Metode
pembelajaran yang digunakan diharapkan mampu meningkatkan kemampuan peserta
didik dalam proses berpikir dan mengungkapkan pendapat. Salah satu metode yang
dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik yaitu metode
diskusi. Diskusi merupakan
komunikasi seseorang berbicara satu dengan yang lain ,saling berbagi gagasan
dan pendapat. Menurut Suryosubroto (1997: 179), adalah suatu percakapan ilmiah
oleh beberapa orang yang bergabung dalam suatu kelompok, untuk saling bertukar
pendapat tentang suatu masalah atau bersama-sama mencari pemacahan mendapatkan
jawaban dan kebenaran atas suatu masalah. Metode diskusi mendorong siswa untuk
berdialog dan bertukar pendapat, dengan tujuan agar siswa dapat terdorong untuk
berpartisipasi secara optimal, tanpa ada aturan-aturan yang terlalu keras,
namun tetap harus mengikuti etika yang disepakati bersama. Diskusi digunakan oleh
guru apabila hendak:
memanfaatkan
berbagai kemampuan yang dimiliki oleh siswa, memberikan kesempatan kepada siswa
untuk menyalurkan kemampuannya masing-masing, memperoleh umpan balik dari para
siswa tentang apakah tujuan yang telah dirumuskan telah tercapai, membantu para
siswa balajar berpikir teoretis dan praktis lewat berbagai mata pelajaran dan
kegiatan sekolah, membantu para siswa belajar menilai kemampuan dan peranan
diri sendiri maupun teman-temannya (orang lain), mengembangkan motivasi untuk
belajar lebih lanjut
Pemanfaatan
diskusi oleh guru mempunyai arti untuk memahami apa yang ada didalam pemikiran
siswa dan bagaimana memproses gagasan dan informasi yang diajarkan melalui
komunikasi yang terjadi selama pembelajaran yang berlangsung baik antar siswa.
Sehingga diskusi menyediakan tatanan sosial dimana guru dapat membantu siswa
menganalisis proses berpikir mereka.
Adapun
kegiatan guru dalam pelaksanaan metode diskusi sebagai berikut:
1. Guru
menetapkan suatu pokok atau problem yang akan didiskusikan atau guru meminta
kepada siswa untuk mengemukakan suatu pokok atau problem yang akan
didiskusikan.
2. Guru
menjelaskan tujuan diskusi.
3. Guru
memberikan ceramah dengan diselingi tanya jawab mengenai materi pelajaran yang
didiskusikan.
4. Guru
mengatur giliran pembicara agar tidak semua siswa serentak berbicara
mengeluarkan pendapat.
5. Menjaga
suasana kelas dan mengatur setiap pembicara agar seluruh kelas dapat
mendengarkan apa yang sedang dikemukakan.
6. Mengatur
giliran berbicara agar jangan siswa yang berani dan berambisi menonjolkan diri
saja yang menggunakan kesempatan untuk mengeluarkan pendapatnya.
7. Mengatur
agar sifat dan isi pembicaraan tidak menyimpang dari pokok/problem.
8. Mencatat
hal-hal yang menurut pendapat guru harus segera dikoreksi yang memungkinkan
siswa tidak menyadari pendapat yang salah.
9. Bukan
lagi menjadi pembicara utama melainkan menjadi pengatur pembicaraan.
Kegiatan
siswa dalam pelaksanaan metode diskusi sebagai berikut:
a. Menelaah
topik/pokok masalah yang diajukan oleh guru atau mengusahakan suatu problem dan
topik kepada kelas.
b. Ikut
aktif memikirkan sendiri atau mencatat data dari buku-buku sumber atau sumber
pengetahuan lainnya, agar dapat mengemukakan jawaban pemecahan problem yang
diajukan.
c. Mengemukakan
pendapat baik pemikiran sendiri maupun yang diperoleh setelah membicarakan
bersama-sama teman sebangku atau sekelompok.
d. Mendengar
tanggapan reaksi atau tanggapan kelompok lainnya terhadap pendapat yang baru
dikemukakan.
e. Mendengarkan
dengan teliti dan mencoba memahami pendapat yang dikemukakan oleh siswa atau
kelompok lain.
f. Menghormati
pendapat teman-teman atau kelompok lainnya walau berbeda pendapat.
g. Mencatat
sendiri pokok-pokok pendapat penting yang saling dikemukakan teman baik setuju
maupun bertentangan.
h. Menyusun
kesimpulan-kesimpulan diskusi dalam bahasa yang baik dan tepat.
i.
Ikut menjaga dan memelihara ketertiban
diskusi.
j.
Tidak bertujuan untuk mencari kemenangan
dalam diskusi melainkan berusaha mencari pendapat yang benar yang telah
dianalisa dari segala sudut pandang.
6
. Metode Tanya jawab adalah cara penyajian
pelajaran dalam bentuk pertanyaan yang harus dijawab, terutama dari guru kepada
siswa, tetpi dapat pula dari siswa kepada guru. Metode tanya jawab adalah yang
tertua dan banyak digunakan dalam proses pendidikan, baik di lingkungan
keluarga, masyarakat maupun sekolah.
Metode
ini dapat diklasifikasikan sebagai metode tradisional atau konvensional. Dalam
metode tanya jawab, guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan siswa
menjawabnya, atau sebaliknya siswa bertanya guru menjelaskan. Dalam proses
tanya jawab, terjadilah interaksi dua arah. Guru yang demokratis tidak akan menjawabnya
sendiri, tetapi akan melemparkan pertanyaan dari siswa kepada siswa atau
kelompok lainnya tanpa merasa khawatir dinilai tidak dapat menjawab pertanyaan
itu. Dengan metode tanya jawab tidak hanya terjadi interaksi dua arah
tetapi juga banyak arah.
ILUSTRASI : Ketika anak menanyakan tentang
bilangan prima, sebagai misal, guru yang demokratis tidak akan menjelaskan
sampai tuntas tentang apa itu definisi bilangan prima, dan kemudian memberikan
contoh bilangan prima. Dari pertanyaan ini akan muncul beberap orang ayang akan
berinteraksi di dalam pertanyaan tersebut. Dalam penggunaan metode
mengajar di dalam kelas, tidak hanya Guru saja yang senantiasa berbicara
seperti halnya dengan metode ceramah. melainkan mencakup pertanyaan pertanyaan
dan penyumbang ide-ide dari pihak siswa.
7. Pengertian Metode Penugasan / Resitasi
Salah satu metode yang
digunakan dalam pembelajaran adalah metode resitasiterstruktur.
Imansjah Alipandie (1984:91) dalam bukunya yang berjudul “Didaktik Metodik Pendidikan
Umum” mengemukakan bahwa ” Metode resitasi terstruktur
adalah cara untuk mengajar yang dilakukan dengan jalan memberi tugas khusus
kepada siswa untuk mengerjakan sesuatu di luar jam pelajaran. Pelaksanaannya
bisa dirumah, diperpustakaan, dilaboratorium, dan hasilnya
dipertanggungjawabkan.” Menurud Sudirman. N, (1991:141). Pengertian metode penugasan/ resitasi adalah
cara penyajian bahan pelajaran di mana guru memberikan tugas tertentu
agar siswa melakukan kegiatan belajar Sedangkan Slameto (1990:115) mengemukakan
Metode resitasi terstruktur adalah cara penyampaian
bahan pelajaran dengan memberikan tugas kepada siswa untuk dikerjakan
dalam rentangan waktu tertentu dan hasilnya harus dipertanggungjawabkan kepada
guru. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa metode resitasi terstruktur
adalah pemberian tugas kepada siswa di luar jadwal sekolah
atau diluar jadwal pelajaran yang pada akhirnya dipertanggungjawabkan kepada
guru yang bersangkutan.
Metode resitasi terstruktur
merupakan salah satu pilihan metode mengajar seorang guru,
dimana guru memberikan sejumlah item tes kepada siswanya untuk dikerjakan di
luar jam pelajaran. Pemberian item tes ini biasanya dilakukan pada setiap
kegiatan belajar mengajar di kelas, pada akhir setiap pertemuan atau akhir
pertemuan di kelas. Pemberian tugas ini merupakan salah satu
alternatif untuk lebih menyempurnakan penyampaian tujuan pembelajaran khusus.
Hal ini disebabkan oleh padatnya materi pelajaran yang harus disampaikan
sementara waktu belajar sangat terbatas di dalam kelas. Dengan banyaknya kegiatan
pendidikan di sekolah dalam usaha meningkatkan mutu dan frekuensi isi
pelajaran, maka sangat menyita waktu siswa utnuk melaksanakan kegiatan belajar
mengajar tersebut. Rostiyah (1991:32) menyatakan bahwa untuk mengatasi keadaan
seperti diatas, guru perlu memberikan tugas-tugasdiluar jam
pelajaran. Sumiati Side (1984:46) menyatakan bahwa pemberian tugas-tugas berupa
PR mempunyai pengaruh yang positif terhadap peningkatan prestasi belajar Bahasa
Indonesia.
langkah-langkah yang ditempuh dalam
pendekatan pelaksanaan metode resitasi terstruktur
yaitu :
1. Tugas yang
diberikan harus jelas
2. Tempat
dan lama waktu penyelesaian tugas harus jelas.
3. Tugas yang
diberikan terlebih dahulu dijelaskan/diberikan petunjuk yang jelas, agar siswa
yang belum mampu memahami tugas itu berupaya untuk
menyelesaikannya.
4. Guru
harus memberikan bimbingan utamanya kepada siswa yang mengalami kesulitan
belajar atau salah arah dalam mengerjakan tugas.
5. Memberi
dorongan terutama bagi siswa yang lambat atau kurang bergairah mengerjakan tugas
8. Karya ilmiah terbentuk dari kata “karya” dan “ilmiah”. Karya berarti kerja dan hasil kerja dan ilmiah berari bersifat ilmu. Dengan demikian karya ilmiah berarti kerja atau hasil kerja berdasarkan ilmu atau kerja yang bersifat ilmu. Ilmu merupakan pengetahuan yang diperoleh berdasarkan metode-metode ilmiah. Metode ilmiah dilakukan untuk mendapatkan kebenaran ilmiah. Oleh karena itu, karya ilmiah harus berisi kebenaran ilmiah. Jadi, karya ilmiah adalah karya yang disusun dengan menggunakan metode ilmiah untuk mendapatkan kebenaran ilmiah.
8. Karya ilmiah terbentuk dari kata “karya” dan “ilmiah”. Karya berarti kerja dan hasil kerja dan ilmiah berari bersifat ilmu. Dengan demikian karya ilmiah berarti kerja atau hasil kerja berdasarkan ilmu atau kerja yang bersifat ilmu. Ilmu merupakan pengetahuan yang diperoleh berdasarkan metode-metode ilmiah. Metode ilmiah dilakukan untuk mendapatkan kebenaran ilmiah. Oleh karena itu, karya ilmiah harus berisi kebenaran ilmiah. Jadi, karya ilmiah adalah karya yang disusun dengan menggunakan metode ilmiah untuk mendapatkan kebenaran ilmiah.
Kebenaran
ilmiah akan tercapai apabila diperoleh dari pemikiran yang rasional (logis) dan
dapat dibuktikan secara empiris. Pemikiran yang rasional merpakan pemikiran
yang disertai dengan penalaran yang logis (diterima akal sehat). Penalaran yang
ilmiah harus di sertai dengan informasi (pengetahuan) yang tepercaya. Sedangkan
empiris maksudnya pemikiran yang disertai dengan bukti-bukti dan fakta-fakta.
Contohnya adalah Makalah sebagai Sebuah Bentuk Karya
Ilmiah
Makalah adalah karya tulis yang membahas suatu
masalah berdasarkan hasil kajian pustaka (teori) atau hasil pengamatan.
Tahap-tahap Penyusunan Makalah
Persiapan
a. mengumpulkan dan membaca buku-buku untuk memilih
dan menentukan topik
b. membaca buku-buku untuk memperluas pengetahuan
yang berhubungan dengan topik yang
telah terpilih
c.
mengembangkan kerangka makalah
2. Penulisan
Kegiatan pengembangan
kerangka makalah menjadi sebuah makalah
3. Pemeriksaan (Revisi)
Pemeriksaan terhadap
isi dan penggunaan kata, kalimat, ejaan, dan
tanda baca.
Pertimbangan dalam memilih topik
(a) topik harus
bermanfaat
(b) menarik dan
sesuai dengan minat penulis
(c) topik harus
dikuasai penulis
(d) tersedia
sumber-sumber informasi dan bacaan
Kerangka Makalah
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Permasalahan
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
1.5 metode pengumpulan data
1.6 Definisi
operasional
BAB II PEMBAHASAN
Berisi
uraian yang menjawab rumusan masalah secara terperinci didasarkan atas
data-data dan informasi dari berbagai sumber.
BAB III PENUTUP
3.1 Simpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
9.Metode demonstrasi adalah suatu strategi pengembangan dengan cara memberikan pengalaman belajar melalui perbuatan melihat dan mendengarkan diikuti dengan meniru pekerjaan yang didemonstrasikan.
Menurut Syaiful Bahri Djamarah, metode demonstrasi adalah metode yang digunakan untuk memperlihatkan sesuatu proses atau cara kerja suatu benda yang berkenaan dengan bahan pelajaran.
Metode demonstrasi merupakan suatu sumber metode mengajar dimana seorang guru, orang luar atau manusia sumber yang sengaja diminta atau anak menunjukkan kepada kelas suatu benda aslinya, tiruan (wakil dari benda asli) atau suatu proses, misalnya bagaimana membuat peta timbul, bagaimana cata menggunakan kamera dengan hasil yang baik dan sebagainya.
B. Tujuan dan Manfaat Metode Demonstrasi
1. Manfaat Metode Demonstrasi
Manfaat psikologis pedagogis dari metode demonstrasi secara umum adalah :
a. Perhatian anak dapat lebih dipusatkan
b. Proses belajar anak lebih terarah pada materi yang sedang dipelahari.
c. Pengalaman dan kesan sebagai hasil pembelajaran lebih melekat dalam diri anak
Di samping itu, metode demonstrasi memiliki 2 fungsi, yaitu :
a. Dapat dipergunakan untuk memberikan ilustrasi dalam menjelaskan informasi kepada anak.
b. Membantu meningkatkan daya pikir anak usia dini terutama daya pikir dalam anak dalam meningkatkan kemampuan mengenal, mengingat, berpikir konvergen dan berpikir evaluatif.
Metode demonstrasi memberikan kesempatan kepada anak untuk memperkirakan apa yang akan terjadi, bagaimana hal itu dapat terjadi, dan mengapa hal itu terjadi.
Menurut Syaiful Bahri Djamarah, metode demonstrasi adalah metode yang digunakan untuk memperlihatkan sesuatu proses atau cara kerja suatu benda yang berkenaan dengan bahan pelajaran.
Metode demonstrasi merupakan suatu sumber metode mengajar dimana seorang guru, orang luar atau manusia sumber yang sengaja diminta atau anak menunjukkan kepada kelas suatu benda aslinya, tiruan (wakil dari benda asli) atau suatu proses, misalnya bagaimana membuat peta timbul, bagaimana cata menggunakan kamera dengan hasil yang baik dan sebagainya.
B. Tujuan dan Manfaat Metode Demonstrasi
1. Manfaat Metode Demonstrasi
Manfaat psikologis pedagogis dari metode demonstrasi secara umum adalah :
a. Perhatian anak dapat lebih dipusatkan
b. Proses belajar anak lebih terarah pada materi yang sedang dipelahari.
c. Pengalaman dan kesan sebagai hasil pembelajaran lebih melekat dalam diri anak
Di samping itu, metode demonstrasi memiliki 2 fungsi, yaitu :
a. Dapat dipergunakan untuk memberikan ilustrasi dalam menjelaskan informasi kepada anak.
b. Membantu meningkatkan daya pikir anak usia dini terutama daya pikir dalam anak dalam meningkatkan kemampuan mengenal, mengingat, berpikir konvergen dan berpikir evaluatif.
Metode demonstrasi memberikan kesempatan kepada anak untuk memperkirakan apa yang akan terjadi, bagaimana hal itu dapat terjadi, dan mengapa hal itu terjadi.
Di dalam kegiatan anak usia dini, banyak jenis kegiatan yang tidak cukup dimengerti oleh anak apabila hanya disampaikan dengan penjelasan verbal, tetapi perlu penjelasan dengan cara memperlihatkan suatu cara kerja berupa tindakan/gerakan. Misalnya, dalam kegiatan keterampilan yang berupa melipat, menggunting, membentuk.
Demonstrasi dapat dilakukan sebagai improvisasi maupun dirancang terlebih dahulu. Keduanya sangat efektif dalam kegiatan pembelajaran pada anak usia dini. Metode demonstrasi yang dipadukan dengan metode penemuan, memungkinkan guru membimbing anak menemukan hal-hal baru berdasarkan praduga atau hipotesis yang disusun oleh anak. Dari hasil pembuktian itu anak akan dapat menarik kesimpulan yang berlaku secara umum. Anak-anak membuat praduga dengan menerapkan pengetahuan yang telah dimilikinya dan mengujinya pada kegiatan demonstrasi tersebut.
Demonstrasi dapat pula dipadukan dengan metode ekspositorik. Dalam metode ekspositorik guru menyajikan informasi kepada anak dengan cara menjelaskan melalui buku, film atau slide. guru menjelaskan kepada anak apa yang diharapkan terjadi apabila guru melakukan tindakan tertentu.
Metode demonstrasi bisa juga dilakukan melalui dramatisasi. Dramatisasi banyak dipergunakan dalam bidang bahasa maupun sosial. Berdasarkan hasil penelitian, baik demonstrasi murni ( menjelaskan – menunjukkan - mengerjakan) maupun demonstrasi sebagai kegiatan dramatisasi merupakan kegiatan yang efektif bagi anak usia dini. Pembelajaran dikatakan efektif apabila guru dapat membimbing anak-anak memasuki situasi yang memberikan pengalaman-pengalaman yang menimbulkan kegiatan belajar pada anak.
Demonstrasi dapat dilakukan sebagai improvisasi maupun dirancang terlebih dahulu. Keduanya sangat efektif dalam kegiatan pembelajaran pada anak usia dini. Metode demonstrasi yang dipadukan dengan metode penemuan, memungkinkan guru membimbing anak menemukan hal-hal baru berdasarkan praduga atau hipotesis yang disusun oleh anak. Dari hasil pembuktian itu anak akan dapat menarik kesimpulan yang berlaku secara umum. Anak-anak membuat praduga dengan menerapkan pengetahuan yang telah dimilikinya dan mengujinya pada kegiatan demonstrasi tersebut.
Demonstrasi dapat pula dipadukan dengan metode ekspositorik. Dalam metode ekspositorik guru menyajikan informasi kepada anak dengan cara menjelaskan melalui buku, film atau slide. guru menjelaskan kepada anak apa yang diharapkan terjadi apabila guru melakukan tindakan tertentu.
Metode demonstrasi bisa juga dilakukan melalui dramatisasi. Dramatisasi banyak dipergunakan dalam bidang bahasa maupun sosial. Berdasarkan hasil penelitian, baik demonstrasi murni ( menjelaskan – menunjukkan - mengerjakan) maupun demonstrasi sebagai kegiatan dramatisasi merupakan kegiatan yang efektif bagi anak usia dini. Pembelajaran dikatakan efektif apabila guru dapat membimbing anak-anak memasuki situasi yang memberikan pengalaman-pengalaman yang menimbulkan kegiatan belajar pada anak.
8.